RESEARCH
IN SOCIAL ENTREPRENEURSHIP:
PAST
CONTRIBUTIONS AND FUTURE OPPORTUNITIES
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teori Organisasi Umum 2
Dosen,
Lista Kuspriatni
Disusun Oleh:
Bagas Priambodo
Gilang Ilsan Tama Lubis
Jossy Ade Candra
Julius Agung
Roby Yuliardi
Mohammad Candra
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
A.PENDAHULUAN
Memahami proses
terciptanya nilai baru dalam pusat
bidang entrepreneur, menciptakan nilai dalam bidang social entrepreneur yang
menyebabkan banyak penelitian yang di lakukan oleh peneliti dan mahasiswa,
untuk fokus pada bidang manajemen, manajemen strategis, dan kewirausahaan.
Konsep ini juga menarik bagi para individu and corporate entrepreneurs and policy makers. Praktek social
entrepreneur ini juga berkembang pada tahun 2004, dengan persentase 6,6% dari
populasi penduduk di Inggris yang terlibat dalam beberapa jenis kegiatan yang
berfokus pada masyarakat atau tujuan sosial, baik itu sebagai start-up venture
or as owner-managers of that venture. Selain itu, terdapat penghargaan bagi
praktisi, seperti Skoll Foundation’s Award for Social Entrepreneurship and Fast
Company magazine’s Social Capitalist Awards.
Meskipun meningkatnya
minat dalam social entrepreneur, namun definisi social entrepreuner telah
banyak dikembangkan di sejumlah bidang yang berbeda, mulai dari tidak untuk
profit, untuk profit, sektor publik, dan kombinasi dari ketiganya. Hal ini
menghalangi penelitian-penelitian empiris untuk mengkaji social entrepreneur
itu secara mendalam. Misalnya, kegagalan untuk mengukur dan membandingkan
konsistensi kinerja dari social entreprenuer, yang pada akhirnya membatasi
kemampuan kita untuk memahami unsur-unsur yang dipercaya dapat menumbuhkan
kewirausahaan sosial.
Untuk menjembatani
kesenjangan antara pemahaman kita tentang kewirausahaan sosial dan peningkatan
pengetahuan yang bisa membantu dalam meneliti dan mengembangkan bidang ini,
maka artikel ini yang pertama muncul untuk menganalisa keadaan saat pertukaran
intelektual di kalangan pemikir-pemikir teoritis dan menyoroti potensi daerah
perbaikan.
B. PEMBAHASAN
ASSESSING THE STATE OF SOCIAL
ENTREPRENEURSHIP RESEARCH
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih besar
dari literatur mengenai social entrepreneur, dalam artikel ini mengidentifikasi
dan menganalisis isi dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal
manajemen dan kewirausahaan di mana topik utamanya terkait dengan fenomena
social entrepreneurship. Oleh karena itu, artikel ini mencari artikel yang
secara eksplisit disebutkan kewirausahaan sosial, wirausahawan sosial, usaha
sosial, atau perusahaan sosial, tanpa menempatkan batas-batas periode waktu
tertentu. Mengingat bahwa social entrepreneur adalah aliran penelitian yang
relatif baru, kami ingin menjelajahi setiap artikel pada subjek dan mungkin
memeriksanya setiap tahun.
Dari 152 artikel tentang social entrepreneur
menunjukkan bahwa ada peningkatan pada tingkat publikasi yang mencapai
persentase 750% selama rentang waktu 18 tahun dari sampel yang diperoleh.
Selain itu, tingkat publikasi pada tingkat publikasi artikel kewirausahaan
dalam jumlah artikel kewirausahaan dalam
jurnal manajemen meningkat sebesar 62% selama periode 15 tahun.
Social entrepreneurship publications and
citations
Dari beberapa
disiplin ilmu yang paling umum memberikan kontribusi untuk penelitian social
entrepreneur adalah manajemen (26%), lalu diikuti oleh kewirausahaan (11%),
ilmu politik (10%), ekonomi (9%), pemasaran (6%), sosiologi (5%), dan
pendidikan (5%). Disiplin ilmu seperti antropologi (1%), finance (1%), dan
hukum (1%) yang menerbitkan paling sedikiti mengenai social entrepreneur, dan
artikel ini juga tidak menemukan artikel social entrepreneur dalam disiplin
ilmu akuntansi, manajemen operasi atau psikologi. Secara keseluruhan, hal ini
menunjukkan bahwa penelitian social entrepreneur mulai menjangkau khalayak
luas.
Lalu dari 152 artikel
social entrepreneur yang diperoleh, sebanyak 80 (52%) merupakan artikel
konseptual dan sebanyak 72 (48%) merupakan artikel empiris. Untuk artikel
konseptual, diuji menggunakan proposisi
formal. Sedangkan untuk artikel empiris, menggunakan proposisi formal atau hipotesis, metode penelitian, setting
penelitian, ukuran sampel, dan pengukuran konstruk social entrepreneur (the
measurement of the social entrepreneurship construct).
Conceptual
articles
Artikel konseptual
dikategorikan dalam beberapa hal, seperti deskripsi,
penjelasan, atau prediksi (Kerlinger, 1986; Salju dan Thomas,
1994). Untuk menilainya tersebut, dengan menandai setiap deskripsi,
penjelasan, atau prediksi sebagai kunci dalam menganalisanya.
Empirical articles
Artikel empiris
diberi tanda pada bagian hipotesis
formal, metode penelitian, sumber data, pengaturan penelitian geografis, ukuran
sampel yang digunakan, dan bagaimana social entrepreneur yang dioperasionalkan
atau diukur. Hipotesis yang benar, pertama, mereka menyediakan alat-alat
kerja teori. Kedua, mereka memungkinkan untuk melakukan pengujian hubungan
antara variabel, dan dengan demikian dapat ditampilkan untuk menjadi mungkin
benar atau mungkin salah. Ketiga, dapat diuji terpisah dari nilai-nilai
seorang peneliti dan pendapat.
Implications
of Empirical Findings
Eisenhardt (1989)
melihat walau terdapat tahapan awal dalam usaha penyediaan dasar penelitian.
Akan tetapi sayangnya konsep kewirausahaan sosial yang digunakan sekurangnya
dua decade ini lebih kepada teori pembangunan. Yangmana dalam teori pembangunan
ini seharusnya termasuk pembelajaran, kesetaraan, akurat, dan spesifik (Weick,
1979; Short et al., 2002). Penjelasan akan teori ini mungkin akurat dan
spesifik. Tetapi tidak kepada pencariaan kesetaraan. Penelitian kewirausahaan
sosial akan tersisa dalam pembangunan negara jika penelitian masa depan gagal
untuk diusahakan berdasarkan faktor empiris kewirausahaan sosial. Ketika metode
dalam teori ferifikasi berjalan seharusnya ada penggabungan dugaan hipotesa
secara rinci jika penelitian ini sudah matang.
Delineating
the Boundaries of Social Entrepreneurship
Mair dan Marti
mendefinisikan kewirausahaan sosial yang pertama sebagai suatu proses
menciptakan nilai dengan menggabungkan sumber daya dengan cara yang baru. Kedua
sumber daya yang dikombinasikan ini terutama ditujukan untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi kesempatan untuk menciptakan nilai social dengan rangsangan
perubahan sosial atau dengan pemenuhan kebutuhan social.
Implications
for Theory Building
Integrasi dalam strategi dan kewirausahaan
menghasilkan nilai pelanggan dan keuntungan sumberdaya perusahaan dapat
bersaing lebih diantara organisasi lainnya (Scehendel and Hitt, 2007).
Perkembangan konseptual dalam kewirausahaan sosial bisa menyediakan sebuah
konteks unik untuk mengintegrasikan strategi dan penelitian kewirausahaan oleh
tingkat pemahaman bagaimana organisasi secara serempak mengahsilkan nilai
sosial dan keuntungan dalam mencapai penghargaan.
Implication
of Theory Testing
Membangun dasar dalam penelitian induktif di
kewirausahaan sosial, pada 18 tahun kedepan kita akan melihat sebuah kesempatan
yang terbaik untuk menguji teori secara teliti menggunakan metode
kuantitatif. Seperti Van de Ven and
Johnsons (2006) merekomendasikan, sebuah keberagaman dalam metode dan model
meningkatkan validitas, realibilitas,
dan pembelajaran; membandingkan dan mengontraskan perbedaan perspektif
memerlukan diksriminasi antara kesalahan, noise,
dan informasi mengenai persoalan sosial.
Implication for Theory Testing
Pada 18 tahun
pertamanya, penelitian social
entrepreneurship dikarakteristikkan sebagai penelitian yang lebih banyak
menggunakan pendekatan-pendekatan kualitatif. Sebagai penelitian mendalam,
metode kualitatif ini telah digunakan dalam 12 penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan atau menguji teori dari 17 artikel paling menarik dalam bidang
manajemen. Melalui pendekatan yang sangat ‘menggali’ ini, diharapkan
penelitian-penelitian social
entrepreneurship selanjutnya di masa depan tetap meneruskan tradisi ini
sehingga hasilnya bisa terus dipublikasikan dalam jurnal-jurnal manajemen dan entrepreneurship.
Menurut Van de Ven
dan Johnson (2006), untuk menyaring kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
serta meningkatkan validitas, keandalan, dan pembelajaran, diperlukan kombinasi
model-model metode lain seperti pendekatan kuantitatif ketika menghadapi
persoalan yang kompleks.
Tantangan terbesar
dalam penelitian social entrepreneurship
adalah pengumpulan data dan pengukurannya. Khususnya mengenai keputusan dalam sampling, dimana hal ini merupakan kunci
yang akan mengungkap hubungan antara fenomena yang ada dengan apa yang akan
dilakukan organisasi terkait fenomena tadi. Keputusan ini pula lah yang juga
mempengaruhi pengetahuan-pengetahuan yang kita gunakan dalam menentukan
langkah-langkah yang akan diambil sebagai pengusaha sosial. Menggunakan database yang besar menjadi tantangan
tersendiri dalam melakukan penelitian social
entrepreneurship sehingga solusi-solusi kreatif dibutuhkan untuk
mengimbangi sampel yang besar tadi. Jika hal ini berhasil dilakukan maka database yang besar beserta pengukuran
yang tepat akan sangat membantu penelitian-penelitian social entrepreneurship selanjutnya di masa mendatang. Sebagai
contoh, Social Capitalist Awards dari Fast Magazine menyediakan informasi
mengenai perusahaan-perusahaan sosial. Hasil terkini dipublikasikan untuk 45
pemenang nonprofit; dan untuk pertama kalinya majalah ini juga mengukur
perusahaan-perusahaan for-profit dengan menggunakan metodologi yang sama dan 10
perusahaan berhasil masuk dalam nominasi ini. dengan database dari seluruh anggota dari majalah fast company, dimungkinkan untuk melakukan studi panel untuk
mempelajari tanggung jawab sosial dengan jumlah sampel yang besar tadi. Dengan
masuknya perusahaan for-profit dalam nominasi tadi, praktik social entrepreneurship tidak lagi hanya
dapat dilihat sebagai fenomena nonprofit saja, melainkan dapat pula
dipraktikkan pada sektor bisnis tradisional (for-profit).
Perbedaan tujuan
serta aspirasi adalah dua hal kunci yang membedakan entrepreneurship dengan social
entrepreneurship dalam perbedaan arah gerak dari keduanya. Beberapa tujuan
yang termasuk dalam social
entrepreneurship, diantaranya adalah: isu mengenai keberlanjutan
lingkungan, dukungan bagi fenomena-fenomena dengan dampak sosial, pemberdayaan komunitas,
inovasi untuk kebutuhan sosial, serta pembuatan kebijakan yang dirancang untuk
mencapai perubahan sosial.
Memahami dampak dari
resiko serta proses dan hasil yang tidak pasti menjadi hal yang diminati
peneliti dalam strategic entrepreneurship.
Prospect theory - yang digunakan
untuk menjelaskan perilaku manusia di dalam kondisi-kondisi beresiko dan dimana
kondisi-kondisi nyaman bagi manusia lebih resiko dibandingkan dengan
kondisi-kondisi yang tidak pernah atau tidak nyaman baginya – dapat memberikan
pemahaman mengenai penelitian social
entrepreneurship dengan resiko-resiko yang mungkin ada dalam prosesnya.
Teori ini menjadi minat bagi mereka yang beranggapan bahwa social entrepreneurship lebih beresiko ketimbang commercial entrepreneurship karena kurangnya
opsi-opsi terkait dana pelaksanaannya. Pandangan lain menyebutkan, kunci dari social entrepreneurship adalah mereka
yang berani mengambil keputusan dengan resiko yang tinggi.
Implications for Practitioners
Social entrepreneurship telah beralih dari yang pada awalnya
hanya fokus kepada kebijakan publik menjadi topik yang lebih diperhatikan dalam
dunia bisnis. Usaha pebisnis dalam mengejar peluang bisnis dengan misi yang
mempertimbangkan manfaat bagi kepentingan sosial adalah salah satu alasan penelitian
social entrepreneurship berkembang
dengan baik. Entrepreneurship dapat
dilihat sebagai kunci dimana organisasi dapat memberdayakan kemampuan mereka
untuk menanamkan nilai melalui inovasi dan bisnis yang cerdas. Banyak entrepreneur-entrepreneur yang sukses
dengan “doing more with less”, dimana
efisiensi dan kreativitas dalam mengolah sumber daya adalah kunci kesuksesan
mereka. Sehingga penelitian social
entrepreneurship di kemudian hari akan diperlakukan sebagai upaya unik
dalam menciptakan sumber daya dalam keadaan serba yang terbatas.
Implication
for theory
Temuan penelitian
menunjukkan bahwa kewirausahaan sosial dapat dikonseptualisasikan sebagai
konsep multidimensi dengan dimensi perilaku inovatif, proaktif dan manajemen
resiko. Gagasan tersebut menunjukkan sebagai gagasan multidimensi ketika
terdiri dari dimensi dan atribut yang saling terkait dan dalam domain
multidimensi.
Implication
for management and policy
Penelitian ini bisa
menjadi dasar praktek dalam kegiatan organisasi NFPs. Misalnya seperti visi
pemimpin yang jadi lebih menakankan pada perilaku proaktif dan responsif
terhadap strategi manajemen dalam lingkungan yang kompetitif dalam persaingan
pencarian dana dengan organisasi yang beroreintasi pada keuntungan. Mereka juga
harus terus-menerus memonitor inisiatif kebijakan-kabijakan yang dibuat
pemerintah guna meningkatkan transparansi dan daya saing pada pasar pelayanan.
Hal tersebut tentu saja membutuhkan inovasi, proaktis dan manajemen resiko
dalam upaya kegiatan mereka. Selain itu NFPs juga harus menyeimbangkan
prioritas misi sosial dengan keberlanjutan organisasi.
C. PENUTUP
Abstrak
Social entrepreneurship telah menjadi salah satu topik
penelitian akademis selama hampir 20 tahun terakhir, tapi belum atau masih
sedikit keluaran jurnal yang ada mengenai penelitian social entrepreneurship tersebut. Telah banyak muncul
artikel-artikel mengenai social
entrepreneurship namun tidak diimbangi dengan penelitian-penelitian empiris
yang telah dilakukan. Sedikit dari penelitian empirik mengenai topik ini pun
kebanyakan kurang mantap dalam penggunaan hipotesa serta metodenya. Atas dasar
ini dapat dikatakan penelitian social
entrepreneurship masih dalam tahap awal (embrio). Kemudian social entrepreneurship dapat dilihat
dari berbagai bidang seperti entrepreneurship,
manajemen publik/nonprofit, isu-isu sosial, dan banyak lagi dimana kesemuanya
itu dapat menjadi lahan segar untuk pijakan penelitian-penelitian social entrepreneurship di masa
mendatang. Tidak kalah penting dimana peneliti harus menemukan tema-tema kunci
dalam melakukan penelitian social
entrepreneurship yang diramu menggunakan teori yang telah mantap.
Discussion
Pada tahun-tahun
pertama kemunculan social
entrepreneurship, pengetahuan mengenai hal tersebut hanya berbasis pada
kasus yang didapat dari data kualitatif yang dikumpulkan secara mendalam oleh
peneliti. Kemudian Hal ini ditetapkan dalam jurnal kebijakan publik dan
nonprofit sebagai pijakan manajemen entrepreneurship.
Namun hal tadi saja dapat dikatakan masih minimal mengingat penelitian social entrepreneurship baru saja tumbuh
dan berkembang. Untuk memajukan penelitian social
entrepreneurship secara teoritis maupun empiris, jurnal ini menetapkan 10
tema kunci yang merupakan kepentingan-kepentingan strategis dari entrepreneurship oleh Schendel dan Hitt
(2007).
Sumber
:
Yahoo
Google
Blogspot
wikipedia
0 comments:
Post a Comment